Senin, 04 Agustus 2008

Beragama di tengah lautan prasangka


“wahai orang-orang beriman, jauhilah banyak berprasangka, sesungguhnya sebagian prasangka itu dosa” (Q. 49:12)

Satu minggu yang lalu tepatnya hari jum’at 25 juli, saya melaksanakan sholat Jum’at di salah satu masjid di Yogyakarta. Ada yang menarik di masjid yang bisa dikatakan sederhana itu. Khutbah Jum’at pada waktu itu membahas mengenai
keberadaan Islam Liberal. Perlu diketahui bahwa sebelum saya berangkat ke masjid saya sempat mendengar salah satu lagu milik the changcuters yang berjudul racun dunia. Kalau boleh merangkum dengan kalimat kurang dari lima kata maka saya menyimpulkan bahwa isi dari khutbah itu adalah Islam Liberal : racun dunia.
Mengapa islam liberal adalah racun dunia ? karena menurut pengkhutbah, islam liberal mengusung penyakit Sepilis yaitu sekulerisme, pluralism dan liberalism yang berbahaya bagi umat islam. Dan pengkhutbah tersebut mewanti-wanti kepada para jamaah sholat jumat agar berhati-hati karena virus ini telah menyebar di dua ormas Islam terbesar di Indonesia yaitu Muhammadiyah dan Nahdatul Ulama (saya melihat ini bukanlah seruan moral tetapi lebih pada seruan yang cenderung politis).
Selain itu juga para jama’ah diharapakan menjauhi Jaringan Islam Liberal yang digawangi oleh Ulil Absor Abdalla yang yang saat ini sedang disekolahkan di Amerika untuk mengobok-obok Islam ketika sekembalinya ke Indonesia. Pengkhutbah (semoga di rahmati oleh Alloh SWT) juga mengatakan bahwa Nurkholish madjid sebagai penggagas islam liberal di Indonesia ketika meninggal tubuhnya gosong walaupun ditambah dengan kata ‘konon’. Mungkin pengkhutbah ini terlalu banyak menonton sinetron-sinetron semacam rahasia illahi. Dalam khutbah Jumat itu juga membahas mengenai pemurtadan di UIN.
Hal-hal semacam ini adalah fenomena gunung es, memang menjadi hal yang wajar jika didekati dengan pendekatan psikologi. Saat ini keberadaan umat islam sedang tertekan, berada dibarisan belakang peradaban sehingga ketika melihat segala sesuatu tidak dapat berpikir dengan jernih, seakan-akan gelap mata.
Jika kita mau menengok beberapa bulan ke belakang, ketika terjadi kerusuhan di monas, argumentasi apa yang di keluarkan oleh sebagian umat islam ? mereka menganggap peristiwa itu telah di setting pihak barat yang diwakili Amerika serikat. Teori serampangan bukan ? mundur beberapa tahun kebelakang, ketika tragedi 11/9 terjadi, banyak yang menganggap bahwa itu adalah hasil konspirasi yahudi dan masih banyak lagi argumen-argumen yang mengkambing hitamkan barat. Walaupun banyak kebijakan barat yang pantas dikritisi.
Beberapa hari setelah sholat jum’at itu, saya mencoba mengkonfirmasi ke blog milik Ulil Absor abdalla, justru yang saya temukan justru artikel mengenai pentingnya memberikan akses bagi kaum diffable (berdaya beda) dan banyak artikel ulasan politik dalam negri serta catatan sederhana tentang kehidupan di Amerika.
Umat islam saat ini membutuhkan pemikiran-pemikiran cemerlang yang mampu memberi pencerahan tanpa paksaan bukan khutbah-khutbah dogmatis yang justru menggelapkan mata dan menengelamkan umat Islam kedalam lautan prasangka. Wallahu’a lam bishawab.